Pengertian kepemimpinan dapat didekati menurut teori sifat,
yang bertolak dari pemikiran bahwa kedudukan kepemimpinan yang strategis,
sehingga keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan ditentukan oleh
pemimpin. Pendekatan kepemimpinan menurut sifat tersebut adalah bahwa
keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin yang bersangkutan, baik sifat psikologis,
maupun sifat fisik. Atas dasar pemikiran tersebut, maka untuk menjadi pemimpin
yang berhasil, ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Adapun yang dimaksud
dengan kemampuan pribadi tersebut adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
A. Menurut Miller John D, sebagaimana dikutip oleh Wahjosumidjo
(1984;33):
1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat.
Teori ini bertolak dari pemikiran, bahwa keberhasilan suatu
organisasi atau perusahaan ditentukan oleh pemimpin, dan sifat pemimpin
ditentutak oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki oleh
pemimpin yang bersangkutan, baik sifat psikologis, maupun sifat fisik Atas
dasar pemikiran tersebut, maka untuk menjadi pemimpin yang berhasil, ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan pribadi
tersebut adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri di dalamnya. Menurut Tjokroamidjojo, Bintoro (2004:75), sifat-sifat
tersebut adalah:
a. Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy)
b. Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose
and direction)
c. Antusiasme atau perhatian yang besar (Enthusiasm).
d. Keramah-tamahan, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati friendliness
and effectiveness)
e. Integritas atau pribadi yang bulat (Integrity)
f.
Kecakapan
teknis (Technical mastery)
g. Mudah mengambil keputusan (Decisioness)
h. Cerdas (Intellegence)
i.
Kecakapan
mengajar (Teaching skill) dan
j.
Kesetiaan
(Faith)
Sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat umum pemimpin.
Kenyataan yang ada, pemimpin tidak harus memiliki sepuluh sifat tersebut, dan
sangat dipengaruhi oleh kondisi pengikut atau orang atau kelompok orang yang
dipimpin.
Menurut Millet John D, sebagaimana dikutip oleh Wahjosumidjo
(1984: 97), seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Kemampuan melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan (the
ability to see an enterprise as a whole)
b. Kemampuan mengambil keputusan (the ability to make
decisions)
c. Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang (the
ability to delegate the authorities)
d. Kemampuan menanamkan kesetiaan (the ability to command
loyalty) Sedangkan Keith Davis dalam bukunya yang berjudul Human
behavior at work - Human relation and organizational behavior seorang
pemimpin harus memiliki 4 kelebihan dibanding bawahan, yaitu :
·
Intejensia
(intelligence). Pada umumnya pemimpin harus memiliki kecerdasan yang lebih
tinggi dibanding bawahan
·
Kematangan
dan keluasan pandangan sosial (maturity and breadth). Dengan kematangan
dan keluasan pandang sosial, diharapkan akan dapat mengendalikan keadaan,
kerjasama sosial, dan keyakinan serta percaya diri.
·
Memiliki
produktivitas kerja pegawai dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam (inner
motivation and achievement desires).
·
Mempunyai
kemampuan untuk mengadakan hubungan kerj asama (human relation
attitude). Seorang pemimpin harus lebih mengetahui disbanding bawahannya,
karena dalam kehidupan organisasi diperlukan kerjasama atau saling
ketergantungan (interdependency) antara anggotaanggota kelompok.
Dari pendapat-pendapat tersebut, apabila dikelompokkan,
sifat pemimpin dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
Pertama, sifat pribadi yang meliputi fisik, kecakapan (skill),
teknologi, daya tanggap (perception), pengetahuan (knowledge), daya
ingat (memory) dan imajinasi (imagination).
Kedua, adalah sifat subyektif yang merupakan keunggulan seorang
pemimpin, mencakup keyakinan (determination), ketekunan (persistence),
daya tahan (indurance), dan keberanian (incourage).
Sifat-sifat kepemimpinan di Indonesia yang sangat terkenal
adalah sifat sebagaimana diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu ing
ngaraso sung tulodo, Ing madyo mangun karaso, Tut wuri handayani, yang
mengandung arti sebagai berikut:
a. Seorang pemimpin, apabila di depan harus dapat memberi
keteladanan yang baik kepada bawahan, karena pemimpin adalah panutan bagi
bawahannya.
b. Apabila pemimpin berada di tengah-tengah, harus dapat
meladeni dan menampung aspirasi lingkungannya, serta bersikap tanggap terhadap
fenomena yang terjadi di sekitarnya.
c. Apabila pemimpin tersebut berada di belakang, harus dapat
mendorong produktivitas kerja pegawai, menjadi faktor pendorong bagi bawahan
untuk kemajuan organisasi (perusahaan).
2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku
Berangkat dari pemahaman bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan, maka
disamping sifat pemimpin, juga tidak terlepas dari perilaku (gaya) pemimpin
yang bersangkutan.
Dari pemahaman tentang kepemimpinan menurut (Hadari
2003:55), dapat dirumuskan ada 2 fungsi pemimpin, yaitu (1) fungsi yang
berkaitan dengan tugas (task oriented) atau sering disebut dengan fungsi
pemecahan masalah (problem solving function), dan (2) fungsi pemeliharaan
kelompok (Group maintenance) atau disebut sebagai fungsi sosial (social
function). Sedangkan gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan
gaya pemimpin tersebut berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin
dengan bawahan tersebut dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task
oriented style) dan (2) berorientasi pada bawahan (employee oriented
style).
Ciri
masing-masing gaya kepemimpinan tersebut adalah
a. Berorientasi pada tugas:
·
Pemimpin
selalu memberi petunjuk kepada bawahan
·
Selalu
melakukan pengendalian dengan ketat atas kerja bawahan
·
Berusaha
meyakinkan bawahan, bahwa tugas-tugas harus dapat diselesaikan sebagaimana
keinginan pemimpin
·
Lebih
menekankan pelaksanaan tugas disbanding pembinaan dan pengembangan pegawai
b. Berorientasi pada bawahan
·
Lebih
banyak memberi produktivitas kerja pegawai dari pada melakukan pengawasan
·
Melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan
·
Bersifat
penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama yang saling menghormati, di
antara sesama rekan sekerja
3. Kepemimpinan Menurut Teori Kontingensi
Pada mulanya teori ini dikembangkan oleh Fedler, dan sering
disebut Fedler's Contingenciy Model (Wahjosumidjo, 1999;33) Ada dua hal
pokok yang menjadi sasaran, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang sangat
penting dalam satu situasi, dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan
yang paling efektif untuk situasi tersebut. Menurut Wahjosumidjo (1999;33)
mengidentifikasi situasi kerja ada 3 elemen penting yang akan menentukan gaya
kepemimpinan, yaitu :
1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader – member
relationship), yaitu dengan mengukur kualitas hubungan antara pemimpin
dengan bawahan.
2) Struktur tugas (task structure), yaitu menyusun
tugas-tugas dalam struktur yang jelas.
3) Kewibawaan kedudukan pemimpin (Leader's position power), yaitu
bagaimana kewibawaan formal dari seorang pemimpin tersebut dilaksanakan
terhadap bawahan.
Model terakhir dari kepemimpinan menurut teori kontingensi
dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth Blanchard (Stoner, 1978;77) yang
disebut The Life Cycle Theory, yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
yang baik adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (maturity)
pemimpin.
SUMBER :
http://sdn3cijemit.blogspot.com/2012/08/teori-kepemimpinan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar